
Perkuat Kemitraan Strategis Indonesia-Tiongkok, Kemenperin Teken MoU di Bidang Industri hingga Negosiasi Upgrading ACFTA 3.0
Menperin menyampaikan, pertumbuhan industri nonmigas pada Triwulan III 2023 sebesar 5,20 persen. Capaian tersebut menunjukkan kemampuan pemerintah dalam menjaga kondisi industri agar tetap tumbuh positif di tengah gejolak dan tantangan ekonomi, baik dari sisi eksternal maupun internal. Sementara itu, pada ASEAN-China Summit yang berlangsung November lalu di Kamboja, telah disepakati dan diluncurkan perundingan Upgrading ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) 3.0. Forum sepakat bahwa Upgrading ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA) 3.0 akan memastikan inklusivitas, moderen, komprehensif, dan saling menguntungkan kedua belah pihak. Para pihak juga menyepakati negosiasi Upgrading akan menargetkan tingkat liberalisasi tarif yang lebih bermakna dan lebih baik. Saat ini, dalam skema ACFTA masih terdapat beberapa produk unggulan Indonesia yang termasuk dalam kategori sensitive tracks di RRT, termasuk produk kertas.
Lebih lanjut, pada China-ASEAN Forum on Emerging Industries yang diselenggarakan tanggal 4-5 Juli 2023 di Shenzhen, Tiongkok, Menteri MIIT Tiongkok mengajak negara anggota ASEAN dan Tiongkok untuk bersama-sama menjajaki pembentukan mekanisme dialog Menteri ASEAN-China di sektor industri. Mereka juga sepakat menyelenggarakan forum secara rutin guna memperkuat koordinasi kebijakan. Forum ini dihadiri oleh Menteri Perindustrian RI yang juga melakukan pertemuan Bilateral dengan Menteri MIIT. Pertemuan membahas inisiatif yang ditawarkan RRT untuk melanjutkan China-ASEAN Forum on Emerging Industries dan Ministerial Dialogue on Industry dalam memperkuat kerja sama pada emerging industries, terutama terkait dengan Industri 4.0 dan New Energy Vehicle (NEV), serta kerja sama terkait Photovoltaic (PV).
Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan dan Akses Industri Internasional (KPAII) Kemenperin RI, Eko S. A. Cahyanto menyampaikan, produk industri utama yang diekspor Indonesia ke Tiongkok di tahun 2022 adalah ferro-nickel, minyak kelapa sawit dan fraksinya, mate nikel, barang setengah jadi stainless steel, dan sinter oksida nikel. Sementara itu, pada periode yang sama, produk industri impor utama Indonesia dari Tiongkok yaitu mencakup peralatan telepon, mesin pengolah data otomatis digital portabel, mesin shovel, eskavator, smartphones untuk jaringan tanpa kabel, dan bangunan prapabrikasi.
Indonesia menyambut baik tawaran yang disampaikan, terutama untuk memperkuat kerja sama di bidang Industri. "Saya mengharapkan Indonesia dan Tiongkok dapat bekerja sama dalam mendukung inisiasi Ministerial Meeting ASEAN-China on Industry,” kata Eko.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.
Sumber Berita: https://kemenperin.go.id/artikel/24456/Perkuat-Kemitraan-Strategis-Indonesia-Tiongkok,-Kemenperin-Teken-MoU-di-Bidang-Industri-hingga-Negosiasi-Upgrading-ACFTA-3.0